Senin, 31 Oktober 2011

Terapi Wicara Bantu Rehabilitasi Pasien Stroke



Putro Agus Harnowo - detikHealth

img
Ilustrasi (foto: Thinkstock)
Jakarta, Pasien stroke umumnya mengalami kondisi penurunan bahasa berupa ketidakmampuan atau kesulitan berbicara atau lazim disebut afasia. Gangguan terjadi pada lebih dari sepertiga orang yang bertahan hidup setelah stroke menyerang sisi kiri otaknya.

Meskipun kebanyakan pasien sembuh dalam beberapa bulan kemudian, 60% di antaranya mengalami gangguan bahasa lebih dari enam bulan setelah serangan stroke. Kondisi ini dikenal dengan aphasia kronis.

Kabar baiknya, sesi terapi wicara yang singkat namun intensif nampaknya dapat memulihkan kemampuan bahasa pasien stroke daripada metode tradisional.

Peneliti menemukan bahwa penderita stroke yang kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan menunjukkan perbaikan dalam kemampuan bahasa dan komunikasi yang signifikan setelah menjalani terapi wicara jangka pendek yang intensif.

"Biasanya pasien aphasia tahap kronis diberikan sekitar dua jam terapi dalam seminggu selama setahun, tapi kami menemukan bahwa akan lebih baik jika memberikan terapi dalam waktu yang lebih singkat," kata peneliti Marcus Meinzer, PhD, dari Konstanz Unversitat di Konstanz, Jerman seperti dikutip WebMD, Senin (31/10/2011).

Dalam studi tersebut, peneliti meneliti efek terapi wicara intensif dalam jangka pendek pada 27 orang penderita stroke yang menderita gangguan bahasa selama sekitar empat tahun.

Setiap penderita stroke menerima 30 jam pelatihan bahasa yang terdiri dari tiga jam latihan sehari selama 10 hari. Keterampilan bahasa pasien dinilai sebelum dan segera setelah pelatihan serta enam bulan kemudian.

Terapi wicara menggunakan teknik yang disebut constraint-induced aphasia therapy atau CIAT yang menggabungkan pelatihan komunikasi verbal yang intens dengan permainan bahasa yang membangun kemampuan bahasa sederhana serta kompleks.

Teknik ini mendorong pasien stroke untuk lebih banyak berbicara daripada menggunakan gerakan sebagai sarana utama komunikasinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85% pasien stroke mengalami peningkatan kemampuan bahasa secara signifikan setelah menjalani terapi wicara yang intensif. Perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan juga terjadi pada pasien-pasien tersebut selama enam bulan.

Para peneliti juga menemukan bahwa peningkatan dapat terjadi terlepas dari usia pasien stroke atau tingkat keparahan gangguan bahasanya. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa 15 pasien stroke yang menerima pelatihan bahasa yang didukung oleh anggota keluarga dan teman-temannya menunjukkan perbaikan yang lebih besar.
sumber:detikHeald

Tidak ada komentar:

Posting Komentar