Jumat, 04 November 2011

10 Aturan Pernikahan yang Boleh Dilanggar









Jakarta - Setelah menikah, orang kerap merasa ada banyak aturan yang harus mereka ikuti. Misalnya saja, Anda dan suami harus selalu melakukan segalanya bersama-sama, menyelesaikan perselisihan tanpa bertengkar, tidak boleh tidur dalam keadaan marah, dan masih banyak lagi.


Dalam bukunya, 'Why Did I Marry You Anyway', psikoterapis Barbara Bartlein mengungkapkan tidak selamanya Anda harus mengikuti seluruha aturan yang ada. Melanggar aturan tersebut justru bisa berdampak baik pada pernikahan Anda.


Berikut ini bagian pertama dari 10 aturan pernikahan yang dapat dilanggar seperti dikutip dari Womans Day:


1. Jangan Tidur Dalam Keadaan Marah
img
Menyelesaikan perselisihan sebelum naik ke tempat tidur memang baik untuk hubungan Anda dan suami. Namun kalau hal itu dilakukan saat Anda dan pasangan sama-sama dalam keadaan lelah dan stres, tentunya malah bisa berdampak buruk.


Elizabeth Lombarodi, PhD, psikolog dan penulis 'A Happy You: Your Ultimate Prescription for Happines', menganggap saran untuk tidak tidur dalam keadaan marah, tak harus selalu diikuti. Menurutnya lebih baik Anda dan suami beristirihat dulu, baru selesaikan perselisihan itu setelah kalian sudah merasa segar. Dengan cara ini, perselisihan pun lebih bisa diselesaikan dengan kepala dingin.


2. Harus Jujur 100%
Kejujuran memang salah satu faktor penting dalam pernikahan. Namun bukan berarti Anda harus mengatakan dengan jujur semuanya. Ada beberapa hal yang sebaiknya Anda simpan sendiri, selama itu memang tidak penting diketahui oleh suami dan mempengaruhi pernikahan.


Misalnya saja, Anda tidak perlu memberitahukan semua detail kisah masa lalu Anda dengan mantan kekasih. "Hal itu dapat membuat terjadi perbandingan. Saat Anda membandingkan, orang akan merasa direndahkan," ujar Bartlein.


3. Tidak Boleh Liburan Tanpa Suami/Istri
Seringkali Anda mendengar nasihat untuk selalu menghabiskan waktu bersama pasangan dan keluarga, saat Anda memiliki waktu luang atau hari libur. Nasihat itu tidak selamanya benar.


Menurut Dr. Lombardo, nasihat itu bisa menjadi masalah saat Anda dan pasangan punya definisi yang berbeda soal liburan. Misalnya, bagi suami liburan adalah pergi ke tempat yang dia bisa menikmati pantai, sedangkan untuk Anda liburan artinya bisa bersantai di udara yang sejuk.


Tidak hanya soal perbedaan tujuan saja, pandangan bahwa 'Anda dan suami harus selalu bersama-sama melakukan segalanya', juga dianggap Dr. Lombardo kurang realistis. Terkadang Anda perlu melakukan sesuatu sendiri, seperti pergi ke salon dan melakoni crembath atau spa. Sementara suami mungkin juga mau bersenang-senang dengan temannya berolahraga sepeda.


4. Bertengkar = Buruk untuk Pernikahan
Bartlein menjelaskan, penelitian menunjukkan, pasangan yang tidak pernah bertengkar lebih berisiko cerai. Mereka tak pernah bertengkar karena selalu menghindari konflik.


Padahal konflik tidak mungkin bisa dihindari dalam sebuah pernikahan. Tinggal bagaimana Anda dan pasangan bisa menyelesaikan konflik itu dengan sehat dan produktif, bukan saling menyalahkan dan berteriak-teriak satu sama lain.


5. Setelah Punya Anak, Anak Harus Dinomorsatukan
"Seringkali aku melihat pasangan mengorbankan hubungannya demi menjadi orangtua yang baik," ujar Dr. Lombardo. Menurutnya, justru dengan mengutamakan kelanggengan hubungan Anda dan suami, bukan hanya baik untuk Anda, tapi juga anak-anak.


Anak akan merasa aman hidup dengan orangtua yang saling mencintai. "Ciptakan waktu khusus untuk berduaan saat Anda dan suami tidak berdiskusi soal tagihan atau anak-anak. Waktu di mana Anda bisa saling menikmati keberesamaan itu," saran Lombar
6. Tidak Boleh Tidur di Ranjang Terpisah
img
Pasangan Anda kerap tidur dengan suara mendengkur yang keras? Tentu dengkurannya itu bisa mengganggu tidur Anda. Namun karena anggapan suami-istri harus selalu tidur satu ranjang, Anda pun mau tidak mau bertahan.


Alhasil karena ada suara dengkuran yang keras, tidur Anda pun kurang nyenyak. Orang yang kurang tidur biasanya akan cenderung lebih moody keesokan harinya.


Oleh karena itu Dr. Lombardo percaya, anggap suami-istri harus selalu tidur satu ranjang tidak perlu diikuti. "Mendapatkan tidur yang cukup itu sangat penting untuk kesehatan pikiran, tubuh dan pernikahan," ujarnya. Hanya saja kalau memang Anda memilih tidur terpisah, Lombardo menyarankan, jangan lupa untuk tetap menjaga keintiman dengan pasangan. 


7. Berhenti Melakukan Hobi yang Disukai


Setelah menikah, bukan berarti Anda harus berhenti melakukan hobi yang disukai hanya karena suami tak punya hobi sama. Menurut Bartlein, melepaskan hobi tersebut bisa membuat Anda merasa kehilangan kebebasan. "Tanpa kebebasan itu orang-orang yang menikah bisa merasa terjebak," jelasnya.


Hanya saja dalam melakukan hobi itu, jangan sampai juga melupakan waktu bersama-sama keluarga. Bartlein mengatakan, tetaplah jalani apa yang Anda suka dan kalau bisa temukan kegiatan yang memang bisa Anda lakukan bersama-sama dengan pasangan.


8. Saat Tidak Ada Lagi Getaran = Pernikahan Retak


Cukup banyak pasangan menikah yang percaya mereka tidak akan selamanya dimabuk cinta saat sudah menjalin hubungan bertahun-tahun lamanya. "Tapi banyak juga yang percaya, saat getaran itu hilang, mereka merasa berada dalam hubungan yang salah dan berusaha mencari yang baru," ujar Bartlein. Pernikahan atau sebuah hubungan jangka panjang bisa bertahan karena adanya komitmen dan kepercayaan. Seiring waktu, cinta yang ada pun tumbuh. 


9. Bosan Itu Buruk untuk Pernikahan


Beberapa orang kerap merasa bosan saat hal-hal yang mereka jalani, seperti pernikahan sudah dapat diprediksi setiap harinya. Orang-orang ini biasanya haus akan drama. Sedikit drama dalam pernikahan memang mengasyikan, namun kalau terjadi terus tentu bisa berdampak kurang baik pada hubungan Anda dan pasangan.


"Lebih baik memiliki kehidupan yang aman, rileks dan membosankan setiap harinya bersama pasangan," ujar Bartlein. Untuk menambahkan bumbu dalam hubungan itu, Anda bisa pergi berlibur bersama atau melakukan suatu aktivitas yang belum pernah dilakoni sebelumnya.


10. Agar Pasangan Bahagia, Tidak Boleh Menolak untuk Bercinta


Masalah di atas biasanya dialami para wanita, khususnya ibu. "Seks berada dalam daftar hal-hal yang harus dilakukan. Wanita khususnya para ibu berpikir, mereka harus melakukannya demi keutuhan pernikahan dan kebahagiaan suami," jelas Dr. Lombardo. 


Kedua alasan tersebut memang tidak salah. Tapi seharusnya bukan dua alasan itu saja yang membuat wanita bercinta dengan suaminya. "Seks itu untuk kepentingan Anda dan pasangan," tegas Dr. Lombardo. Jadi lakukan hubungan intim tersebut karena memang Anda mau dan senang melakukannya. 


Kalau Anda sedang tidak merasa mood atau lelah, beritahu pasangan. Komunikasi bisa jadi kunci untuk mengatasi masalah tersebut.
sumber:wolipop.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar