Kamis, 29 September 2011

Ini Langkah Pemerintah Atasi Krisis

Pemerintah membeli kembali (buyback) SBN sebesar Rp3,13 triliun selama September 2011.

Nur Farida Ahniar, Harwanto Bimo Pratomo, Sukirno
Ilustrasi saham anjlok (REUTERS/ Kerek Wongsa )
 
  Pemerintah telah melakukan beberapa langkah antisipasi terhadap krisis global. Langkah antisipasi itu mulai dari pembelian kembali (buyback) hingga dana cadangan risiko.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Bambang Brodjonegoro, mengatakan dalam penanganan krisis, pemerintah terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam upaya stabilisasi pasar Surat Berharga Negara (SBN) setiap hari.

Selain itu, pemerintah berkoordinasi dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan di dalamnya untuk persiapan pelaksanaan Bond Stabilization Framework (BSF). "Kami memiliki langkah-langkah penanganan sesuai dengan Crisis Management Protocol," ujar dia saat jumpa pers di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu 28 September 2011.

Langkah antisipasi krisis ini terlihat dengan pembelian kembali (buyback) SBN sebesar Rp3,13 triliun selama September 2011. Selain itu, dalam APBN Perubahan 2011 juta telah dialokasikan dana untuk mitigasi krisis.

Salah satunya dana cadangan risiko perubahan asumsi makro dan stabilisasi harga sebesar Rp4,7 triliun, anggaran bantuan sosial Rp81,8 triliun, anggaran subsidi pangan Rp15,3 triliun, dan kebijakan pemberian raskin ke-13 sebesar Rp1,3 miliar.

Bambang mengatakan, kinerja rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) saat ini kembali membaik, terutama jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya. “Volume perdagangan IHSG volatile, namun cenderung naik,” imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Micro and Retail Banking Bank Mandiri, Budi Sadikin, mengingatkan dalam kondisi krisis global seperti saat ini, likuiditas dolar Amerika Serikat harus dijaga.

"Paling penting kalau krisis begini itu likuiditas. Cash flow dolar atau likuiditas dolar harus dijaga, jangan sampai macet. Karena kalau macet, nggak bisa bayar, nanti orang nggak akan percaya," kata Budi di Jakarta, 28 September 2011.

Ia menilai, hingga saat ini likuiditas perbankan masih bagus, yang terlihat dari suku bunga interbank. Melemahnya rupiah ini karena dampak tidak langsung dari krisis. (art)

sumber: VIVAnews.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar